Senin, 28 Juni 2010
Persiapan ibu Bersalin.... MENGEDAN...MENGEJAN Pada saat Melahirkan???? Penting jugA UNTUK DIPELAJARI...
Ayo belajar Mengedan?????
Karakteristik Ibu yang Mempengaruhi Lamanya Persalinan diantaranya adalah kecemasan ibu bersalin, paritas, usia serta pengetahuan ibu sendiri.
Kecemasan ibu bersalin. Sebagian besar calon ibu terutama yang pertama kali menghadapi persalinan akan merasa cemas sehingga menimbulkan ketegangan yang dapat menimbulkan gangguan pada kontraksi uterus dan hal ini dapat menganggu persalinan.
faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses persalinan adalah penerimaan ibu atas kehamilannya (kehamilan dikehendaki atau tidak), kemampuan untuk bekerjasama dengan pimpinan atau penolong persalinan dan adaptasi ibu bersalin terhadap nyeri persalinan.
pada setiap fase persalinan terdapat kebutuhan emosional yang muncul akibat kecemasan, ketakutan, kesepian, nyeri, ketegangan, dan kegembiraan.
Kala II dapat membuat ibu kelelahan yang disebabkan oleh penggunaan energi dalam jumlah besar oleh tubuh. Ditambah lagi jika persalinan ini adalah persalinan yang pertama, pasien tersebut mungkin mengalami kecemasan yang selanjutnya akan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi bagian tubuh lainnya.
Untuk Paritas. Pada kala II turunnya bagian terendah dari janin akan lebih cepat dan rata-rata dari kecepatan turunnya bagian terendah ini adalah 3-3,5 cm/jam pada nullipara dan 6-7 cm/jam pada multipara. Pada primipara proses persalinan kala II akan berlangsung lebih lama dibanding pada multipara, karena ibu belum berpengalaman melahirkan, otot-otot jalan lahir masih kaku dan belum dapat mengejan dengan baik. Sedangkan pada multipara proses persalinan pada kala II akan terjadi lebih cepat karena adanya pengalaman persalinan yang lalu dan disebabkan otot-otot jalan lahir yang lebih lemas.
Usia. dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun. Kematian wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal pada usia 20-29 tahun, kemudian meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what” yang terjadi setelah orang yang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba yang sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Kurangnya pengetahuan mengenai cara meneran dapat mengakibatkan lama kala II persalinan
Komplikasi yang Terjadi pada Ibu dan Janin Apabila Ibu tidak Mampu Meneran dengan Benar
1) Bagi ibu
Persalinan lama atau persalinan kasep yang pada akhirnya dapat menimbulkan ruptur uteri imminen sampai pada ruptur uteri dan kematian karena perdarahan dan atau infeksi.
2) Bagi janin
Asfiksia sampai terjadi kematian janin.
Meneran
a. Posisi ibu saat meneran
1) Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi ini nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi.
2) Jongkok atau berdiri
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.
3) Merangkak atau berbaring miring
Menurut JNPK-KR (2007), posisi ini lebih nyaman dan efektif bagi ibu untuk meneran. Kedua posisi tersebut mungkin baik jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput anterior. Merangkak merupakan posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu karena jika ibu kelelahan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perineum.
Sedangkan menurut Manuaba (2001), posisi ibu saat meneran adalah sebagai berikut :
1) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya, setiap posisi memilki keuntungannya masing-masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunnya janin jika persalinan berjalan lambat.
2) Ibu dibimbing meneran selama his, anjurkan ibu untuk mengambil nafas, meneran tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilikalis yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah, minta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan keluar. Hal ini juga menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
b. Cara meneran
1) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi.
2) Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
3) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
6) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.
Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada fundus.
Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul.
2) Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
3) His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal.
4) Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan denagn demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.
5) Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali utnuk dipergunakan mengejan.
Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu :
1) Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya.
2) Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berda diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.
Sedangkan pada teori yang lain Sarwono (2002), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mengejan, yaitu :
1) Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan lengkap.
2) Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi miring.
3) Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.
Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam menghadapi proses persalinan. Pengetahuan ibu tentang meneran memegang peranan yang sangat penting agar ibu yang mengalami persalinan dapat meneran dengan benar atau dengan kata lain apabila seseorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik diharapkan dapat meneran dengan baik sehingga mempercepat proses persalinan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
menambah penggetahuan saya
BalasHapus